Mengenal Batik Samin “Sekar Blimbing” Sambongrejo

Sedulur sikep (samin) di Dukuh Blimbing Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong sedang mewarnai batik dominan hitam. (foto: dok-infoblora)
SAMBONG. Potensi kerajinan batik di Kabupaten Blora yang tumbuh dan berkembang sejak tahun 2009 lalu, kini semakin maju dan beragam. Tidak hanya dilakukan oleh para pengusaha UKM saja, kerajinan yang membutuhkan ketekunan dalam menyanting ini juga dilakoni para sedulur sikep (pengikut Samin) di Dukuh Blimbing, Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong.

Yakni komunitas kerajinan Batik Tulis “Sekar Blimbing” pimpinan Ibu Warsiyam, istri Mbah Pramugi sesepuh Sedulur Sikep (Samin) Dukuh Blimbing, Sambongrejo. Komunitas yang berawal dari kegiatan pembelajaran ketrampilan masyarakat pada tahun 2014 ini pun berhasil menggerakkan ibu-ibu sedulur sikep untuk membatik.

“Awalnya dulu ada pelatihan pendidikan ketrampilan untuk masyarakat desa dari Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Blora. Kami mintanya dilatih membatik, kemudian didatangkan pelatih dari Blora. Sehingga kini berkembang dan memiliki tenaga pembatik hingga 12 orang,” ucap Warsiyem saat ditemui, kemarin.

Nyanting batik samin. (foto: dok-ib)
Ia mengatakan, beberapa motif batik yang dibuat adalah motif buah blimbing, jagung, padi, jati dan beberapa hewan hutan dengan warna dasar dominan hitam. Warna dasar hitam merupakan warna khas sedulur sikep (samin) yang melambangkan bahwa manusia tidak lepas dari salah dan dosa.

“Warna hitam juga melambangkan kesederhanaan dan apa adanya. Hitam merupakan warna abadi yang tidak bisa dipengaruhi warna lain. Seperti pribadi sedulur sikep yang tidak mudah terpengaruh sifat sifat buruk manusia, drengki, srei, dahpen, kemeren,” jelasnya.

Berjalan tiga tahun ini, batik yang dihasilkan telah terjual di beberapa kota besar seperti Kudus, Semarang, Jakarta, Surabaya dll. Banyak yang datang dan memesan untuk dijadikan oleh oleh khas sedulur sikep.

“Tahun lalu kita laksanakan Festival Samin, dimana salah satu kegiatannya adalah membatik di kain sepanjang 20 meter. Alhamdulillah juga berjalan lancar dan hasilnya laku dijual,” terang Warsiyem.

Sementara itu, Ndani, salah satu perajin batik sedulur sikep “Sekar Blimbing” mengatakan untuk harga batik per lembarnya dengan ukuran 2 meter dijual Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.

Ibu-ibu sedulur sikep (samin) menunjukkan karya batik hasil buatannya. (foto: dok-infoblora)
“Semakin banyak motifnya, harganya semakin mahal. Biasanya pemesan request motif tersendiri,” kata Ndani sambil mewarnai batik motif burung merak di pendopo sedulur sikep bersama beberapa rekannya.

Dengan kegiatan membatik ini menurutnya bisa menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dapur. Ibu-ibu yang biasanya hanya “jagongan” setelah berkegiatan dari sawah, kini bisa memanfaatkan waktu dengan membatik.

Image” sedulur sikep (samin) yang dulu dikenal terbelakang dan kolot, akhirnya dengan sendirinya hilang. Mereka telah mengenal pendidikan, baca tulis dan diberdayakan untuk bisa berdikari di bidang ekonomi. Tidak hanya pertanian saja, tetapi juga ketrampilan lainnya, seperti kerajinan batik ini. (res-infoblora)

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :