Penulis : Dimaz Akbar
Senin 06 November 2017
Probolinggo,kraksaanonline.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo memberikan sosialisasi penemuan suspek TB di tempat khusus di lingkungan pondok pesantren atau Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Probolinggo.
Kegiatan ini dilaksanakan di 4 (empat) MA di Kabupaten Probolinggo. Meliputi MA Badridduja Kecamatan Keraksaan, MA Darul Lughoh wal Karomah Kecamatan Kraksaan, MA Nurul Jadid Kecamatan Paiton, MA Nurul Dawah Kecamatan Krejengan dan MA Raudlatul Mutaallimin Kecamatan Krejengan. Dimana masing-masing MA diikuti oleh 50 orang santriwan dan santriwati pondok pesantren.
Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr Shodiq Tjahjono melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Liliek Ekowati mengatakan Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB telah dilaksanakan di banyak Negara sejak tahun 1995.
“Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5 juta kematian karena TB, dimana 480.000 kasus adalah perempuan,” katanya.
Menurut Liliek, dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. “Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB anak (dibawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun, ” jelasnya.
Liliek menerangkan, jumlah kasus TB di Indonesia menurut laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru per tahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian per tahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000 penduduk.
“Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang (Permenkes RI No.67 Tahun 2016),” terangnya.
Lebih lanjut Liliek menambahkan di Jawa Timur pada tahun 2016 kasus TB yang ditemukan sejumlah 46.545 kasus. “Sedangkan di Kabupaten Probolinggo yang diperoleh dari data Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT) di Dinas Kesehatan pada tahun 2016 mencapai angka 1.492 kasus. Sedangkan pada tahun 2017 sampai bulan September mencapai 1.092 kasus,” pungkasnya.
Sementara Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Dewi Veronica mengungkapkan penemuan kasus TB di tempat khusus (misalnya asrama, lapas, rutan, pengungsi, tempat kerja dan sekolah), sangatlah diperlukan dikarenakan di tempat inilah bisa terjadi penularan dan penyebaran kuman Mycobacterium Tuberkulosis tersebar.
“Sehingga diperlukan sebuah kegiatan sosialisasi penemuan suspek TB di tempat khusus, dalam hal ini focus di lingkungan pondok pesantren atau Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Probolinggo, sehingga percepatan dan peningkatan program pencegahan dan pengendalian penyakit TB di Kabupaten Probolinggo semakin baik, ” ungkapnya.
Menurut Dewi, kegiatan sosialisasi penemuan suspek TB di tempat khusus lingkungan MA ini bertujuan untuk memberikan pengertian dan pemahaman tentang penyakit Tuberkulosis sekaligus supaya kasus Tuberkulosis di tempat khusus dapat tertangani cepat dan baik.
“Kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang kami lakukan sebagai percepatan dan peningkatan program pencegahan dan pengendalian penyakit TB di Kabupaten Probolinggo,” tegasnya. (wan/maz)