SATPOL PP JUGA MANUSIA PUNYA RASA PUNYA HATI

Penulis : Hendra
Selasa 30 Januari 2018

JURNAL WARGA, Menjalankan tugas sebagai personil Pasukan Keamanan (PAM) ibarat makanan pokok bagi seorang anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Tugas PAM merupakan penjabaran dari salah satu tugas pokok dan fungsi utama mereka dalam pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum. Jadi tidak heran jika di setiap gelaran acara yang berpotensi pemusatan massa akan ada beberapa personil Satpol PP untuk berjaga. Seperti yang terlihat pada puncak peringatan Hari Jadi ke - 8 Kota Kraksaan sebagai Ibukota Kabupaten Probolinggo, tepatnya saat diselengarakan Panggung Gembira Indosiar selama dua hari, Sabtu (27/1/2018) dan Minggu (28/1/2018). 

Praktis selama akhir pekan itu alun-alun Kota Kraksaan dipadati penonton, khususnya di hari kedua dimana jumlah penonton semakin berlipat dibanding hari pertama. Menurut Dwijoko Nurjayadi, Kepala Satpol PP Kabupaten Probolinggo, perbedaan ini dikarenakan hari sabtu kemarin adalah hari efektif sekolah bagi para pelajar, sedangkan gelaran acara hanya berlangsung tiga jam start pukul 07.00 – 10.00 WIB saja.

 “Jadi kebanyakan para penonton usia pelajar tidak bisa menonton dikarenakan aktivitas sekolah, sangat berbeda dengan hari kedua yang mana mereka sedang libur sekolah. Sejak pagi buta mereka sudah berdatangan dari berbagai penjuru,” jelas Dwijoko Nurjayadi.

Dwijoko menambahkan, Peningkatan jumlah penonton ini sebelumnya memang sudah diperiksa. Tidak mau kecolongan dengan kejadian yang tidak diharapkan personil PAM pun ditambah. Kurang lebih 200 petugas yang diterjunkan untuk PAM hari ini, antara lain 50 personil TNI/Polri, 40 personil dari Dishub, 70 personil anggota Satpol PP plus puluhan anggota Banser yang tersebar di beberapa titik sekitar alun-alun Kraksaan. “Sementara untuk penjagaan garis terdepan sekitar main stage, kami tempatkan anggota khusus kami yang sudah pengalaman” lanjut penghobi sepeda ini.

Rangkaian hiburan khas Panggung Gembira Indosiar yang kental dengan nuansa dangdut tentu sangat pas bagi masyarakat Kota Kraksaan dan sekitarnya seperti Pasuruan dan Situbondo yang mayoritas menggemari musik dangdut. Sederet artis top pengisi Panggung Gembira yang sudah hilir mudik di layar kaca ditambah 4 host terkenal yang satu diantara nya tak lain Upiak isil, pelantun lagu “Tak tun tuang” yang saat ini sedang viral sampai ke thailand itu. Belum lagi ditambah adanya demam "jaran goyang" besutan Nella Kharisma dan tembang "sayang" milik Via Vallen, tentu hal ini sedikit banyak turut menjadi pendorong bagi penonton untuk memadati setiap inchi Alun-alun Kota Kraksaan. 

Perkiraan saya ternyata tidak meleset, meski yang membawakan dua tembang hits itu adalah artis yang baru naik daun, namun mampu membuat ribuan penonton seperti terhipnotis dan dengan sukarela ikut berdendang dan bergoyang. Tak terkecuali saya yang boleh dibilang tidak terlalu muda lagi ini, bahkan yang lebih konyol lagi malah ikut-ikutan teriak histeris segala, sudah mirip sekali dengan Kids Zaman Now. 

Di hari kedua jalannya Panggung Gembira itu, tepatnya ditengah gemuruh dan riuh jerit histeris penonton yang sedang mabuk goyang itu, arah pandangan mata saya tertuju pada beberapa anggota Satpol PP berbadan tegap, berseragam ketat, lengkap dengan rompi pengaman dan kaca mata hitam. Ternyata salah satu diantara mereka ada yang saya kenal dengan baik.

Setelah saya cermati dari postur tubuhnya  dan kulit sawo matang yang didapatnya dari hobby memancing itu, benak saya meyakinkan kalau itu adalah Asnan (40), kesehariannya kini bertugas di Kantor Kecamatan Kraksaan setelah sebelumnya bertugas di Pendopo Kabupaten Probolinggo. 

Sekilas terlihat, sosok yang terbungkus seragam bak serdadu itu memang terkesan angker, kasar dan beringas. Bahkan sempat beberapa kali penonton bandel dibuatnya keder saat memaksa memasuki area steril penonton. "Wiih sakti nih Asnan, meski tanpa mengeluarkan suara sedikit pun ternyata dia sanggup mengendalikan massa hanya dengan memandangnya saja," kata batin saya seakan tak percaya. Hal ini nampaknya juga membuat rasa aman dan nyaman bagi penonton untuk berada di dekatnya khususnya para remaja putri.

Rasa penasaran ini pun menyeret saya untuk mendekat, dengan harapan agar bisa memperhatikan lebih detail lagi. Seperti kurang kerjaan sih, tapi seorang Asnan yang saya kenal itu pribadi yang murah senyum, kalem, friendly, dan suka bercanda. Akun Facebook nya pun penuh dengan postingan cerita hidupnya yang penuh kegembiraan, sungguh jauh berbeda dengan Asnan yang sedang saya lihat kali ini. 
Tidak begitu sulit bagi saya menuju tempat nya, karena saat itu saya sedang berada di garis terdepan saat itu. Sambil lalu saya ambil gambar nya diam-diam menggunakan kamera kantor yang selalu setia menemani saya. Beberapa pose natural pun sukses saya kantongi saat itu. Begitu fokus nya dia pada tugasnya, sampai-sampai tidak menyadari kehadiran saya dan mata lensa yang selalu mengarah padanya.

Tak lama waktu berselang, intro tembang hits "Jaran goyang" pun terdengar, penonton yang memang sudah hafal betul alunan nada itu secara serentak berteriak histeris komplit dengan teriakan dan gerakan dua tangan “Hak eee Hak eee.........” yang saat ini sedang tren di setiap konser dangdut. Saya sempatkan lagi untuk melirik Asnan dan rekan-rekannya, luar biasa seakan tidak terpengaruh sedikitpun dengan suasana yang sedang memuncak saat itu. Teriakan histeris di dekat telinga kanan-kirinya, lambaian tangan yang acapkali mengenai kepala dan wajahnya serta dorongan yang selalu datang bertubi-tubi dari arah belakang penonton seakan tak dihiraukannya, wajahnya tak bergeming sedikitpun, sambil lalu menoleh ke belakang, kiri dan kanan seakan memperingatkan penonton yang mulai tak terkendali. “Mas mbak bisa mundur tidak, kalau tidak terpaksa saya dorong nih,” kata Asnan sesekali memperingatkan.

Melihat hal itu Batin saya kembali bertanya, ternyata bisa ya mengendalikan massa tanpa harus main kasar dan ucapan kasar. Pertanyaan konyol selanjutnya adalah kok bisa Asnan bertahan tidak ikut bergoyang sedikitpun saat suasana sedang memuncak, padahal setahu saya dia cinta mati kepada yang namanya musik dangdut. Sedikit aneh sih bagi saya, namun segera saya pun ber argumen, karena Satpol PP itu sering disebut Praja Wibawa dan Penegak Perda tentu mereka pasti telah dibekali pengetahuan dan ketrampilan khusus serta pengembangan kecakapan sikap dan perilaku. 

Memperhatikan secuil dari sekian banyak tugas yang dimiliki Satpol PP ini seakan mendorong saya untuk mendokumentasikan nya, bahkan menulisnya dalam sebuah artikel sederhana, sekedar untuk menceritakan bahwa Satpol PP itu tidak seperti yang kita lihat di layar kaca televisi sebagai sosok antagonis dan arogan yang kerap kali muncul dalam urusan penertiban, lengkap dengan senjata pentungan dan tamengnya.

Memanfaatkan jeda iklan
pada sesi akhir acara itu, rasa empatik ini pun akhirnya memaksa saya untuk menyapa dan mendekatinya. Senyumnya yang khas pun segera terlempar, seakan menghapus semua kekakuan yang baru ia perankan selama hampir tiga jam lamanya. Kami pun sempat ngobrol singkat terkait rasa penasaran saya terhadap performance dia bersama rekan-rekannya saat tugas PAM itu, khususnya dalam kontrol emosi saat dalam situasi yang menurut saya sangat rentan terjadi kontak fisik. Paling tidak masih wajar lah jika harus memberikan sedikit balasan dorongan kepada penonton yang sering keterlaluan itu.

“Berada di garis terdepan untuk menahan laju penonton yang terus merangsek maju itu kami harus tetap tenang, wibawa dan humanis. selama situasi masih terkendali kami tidak akan melakukan tindakan yang tidak diinginkan. harus berpikir dua kali untuk melakukan tindakan fisik, tidak tega juga sih bro mungkin mereka gemes aja bisa melihat artis secara langsung,” ucap Asnan polos. 

Pertanyaan menggoda pun tak lupa saya lontarkan tentang sikapnya yang tetap cool dan wibawa ketika musik sedang mantap-mantapnya, seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa Asnan juga seorang dangdut mania.  “Hmmm.. Satpol PP juga makanasi eeh Manusia mas bro, gerakan kecil pasti ada lah walau hanya pada tapak kaki saya, alhamdulillah masih bisa ikut menikmati hiburan ini meski harus sambil bertugas,” seloroh bapak dua anak ini.

Mendengar jawaban-jawaban polos itu pun batin saya bergumam, inilah profil seorang anggota Satpol PP yang sebenarnya, mereka hanya manusia biasa seperti kita, punya rasa dan punya hati, karena tugas dan tuntutan dedikasi lah yang memaksa mereka harus memainkan peran yang seringkali memancing kritik masyarakat luas. Asnan dan rekan-rekan nya tentu tidak menafikkan hal itu, namun rasa bangga akan profesi yang dilakoni nya serta rasa kepuasan setiap ia menyelesaikan tugas-tugas nya sudah cukup menjadi penghibur bagi mereka. 

Seluruh randon acara hari itu telah terlewati dengan lancar, aman tanpa ada gangguan yang berarti, seluruh artis yang terlibat di akhir Panggung Gembira itu pun telah menampilkan lagu terakhir bersama semua kru, beberapa pejabat penting juga nampak larut dalam kesuksesan itu, saya pun melambaikan tangan pada Asnan untuk sekedar pamit mundur. 

Karena mengetahui saya sedang menjinjing kamera dia pun memberi kode pada saya agar mengambil gambar nya ketika berada di antara kerumunan penonton. Tentu saja saya pun menurutinya dengan beberapa jepretan. “Hmmm.. dia memang Asnan yang aku kenal, benar juga kata dia, Satpol PP Juga Makanasi eeh Manusia," ucap ku lirih. (dra)

Subscribe to receive free email updates: