Oleh : Doni
Mahasiswa KKN Universitas Negeri
Malang 2018
JURNAL WARGA PROBOLINGGO,Rindangnya halaman rumah dengan tumbuhnya pohon-pohon yang mengelilingi, belum tentu membuat halaman rumah tampak asri berseri. Ya, di Desa Sentong Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo, mayoritas warga memiliki pohon di halaman rumahnya, namun sayang tidak nampak keasrian sepanjang mata memandang.
Pohon-pohon yang tumbuh lebat di Desa Sentong, tentu saja menimbulkan banyak sekali sampah dari daun-daun kering yang berguguran. Apalagi ketika musim kemarau dan angin gending mulai menyapa, daun-daun kering menjadi bertebaran dan berserakan dimana-mana. Sedang warga hanya asal bakar saja, menyisakan abu dan menghasilkan gas karbon monoksida (CO) yang tentu saja membahayakan. Bila gas CO terhirup, hemoglobin darah yang seharusnya mengangkat dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh akan terganggu. Dengan begitu, tubuh akan mengalami kekurangan oksigen yang menyebabkan fungsi sistem kontrol syaraf turun dan berujung pada kematian. Selain itu, hidrokarbon yang dihasilkan asap pembakaran sampah organik termasuk satu senyawa penyebab kanker yang nyatanya mencapai 350 kali lebih besar dari asap rokok.
Membuang sampah pada tempatnya memang belum cukup. Proses dalam menghancurkan sampah, nyatanya masih jauh lebih ribet lagi sehingga pengolahan sampah organik dengan benar merupakan cara terbaik dalam mengurangi volume sampah dengan bijak. Satu cara bijaknya adalah dengan mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos tidak memiliki efek samping, jika digunakan kesuburan tanah akan terjaga, dan cara pembuatannya sangat mudah dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan juga. Dalam pembuatan pupuk kompos, bahan yang diperlukan hanya seperti dedaunan, sampah rumah tangga, pupuk organik/kandang, dan cairan EM4.
Sore hari pada 8 Juli 2018, warga turut serta dengan antusias mengikuti Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos yang digelar oleh mahasiswa KKN UM (Universitas Negeri Malang) di salah satu halaman rumah warga Dusun Krajan RT 03 RW 01 Desa Sentong. Cara pembuatan pupuk kompos sangat mudah. Hal ini sejalan dengan ujar salah satu warga yang mengikuti pelatihan Cara buatnya gampang ya mbak. Nanti saya bisa bikin sendiri, saya suka nanam-nanam di halaman rumah. Proses pembuatannya adalah sampah dari daun-daun kering dan sampah basah dari sisa rumah tangga dikumpulkan kemudian dicacah/cincang sampai ukurannya menjadi kecil. Perbandingan jumlah sampah kering dengan sampah basah yang akan dijadikan pupuk kompos adalah 3:1. Setelah sampah kering dan sampah basah dicampur, selanjutnya adalah pemberian cairan pemercepat pembusukan yaitu EM4 yang telah dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:100.
Setelah sampah organik dicampur dengan EM4, sampah siap dimasukkan ke dalam karung ataupun trash bag. Sebelumnya, trash bag perlu dilubangi untuk memudahkan akses jalannya air. Sampah dan pupuk organik/kandang dimasukkan dalam trash bag secara bergantian dan berlapis-lapis dengan pupuk organik/kandang yang menjadi lapisan paling atas. Kemudian, trash bag diikat dengan rapat dan ditimbun di dalam tanah. Untuk menghindari gangguan dari hewan ataupun erosi, bagian atas dapat diberi pemberat seperti batu/batu bata.
Pupuk kompos ini jadi sekitar 2-3 bulan. Jika kompos tidak berbau, teksturnya tidak sehalus tanah, warnanya coklat kehitaman, dan tidak basah maka kompos telah matang dan siap untuk digunakan. Kompos sendiri dikenal baik dalam meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan kapasitas serap air tanah, penyedia vitamin bagi tanaman, dan meningkatkan kualitas hasil panen. Selain itu, dengan mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos, warga mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan secara mudah. Hal terpenting, Desa Sentong bersih dari sampah, warga hidup nyaman.(*)
BACA :