Yemima di pangkuan ibunya, dijenguk Kapolres Blora bersama istri dalam kegiatan Safari Jumat Berkah (8/12/2017). (foto: dok-ib) |
Anak pasangan Partono (29) dan Rahayu Widasari (19) warga RT 02 RW 03 Desa Pengkolrejo Kecamatan Japah ini masih mengalami pembesaran di bagian kepala karena dokter tidak berani melakukan operasi.
Saat ditemui Jumat (8/12/2017) di rumahnya yang berada di belakang SDN 1 Pengkolrejo, Yemima masih terus digendong ibunya. Ia masih tampak lemah dan susah bergerak karena kepalanya yang masih besar.
Ibu Yemima, Rahayu Widasari mengungkapkan jika anak pertama dan satu-satunya tersebut kemungkinan sangat kecil bisa disembuhkan. Pasalnya sudah tiga kali dibawa ke rumah sakit dengan difasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, hasilnya tidak ada kemajuan yang signifikan.
“Saya juga tidak tahu lagi, karena semua dokter di rumah sakit baik di Semarang, Solo dan Yogyakarta sudah bilang tidak bisa dioperasi lagi,” katanya pasrah.
Sementara itu, Partono ayah Yemima yang berprofesi sebagai karyawan toko bangunan pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga untuk membiayai pengobatan anaknya belum bisa maksimal.
“Saya juga tidak tahu lagi, karena semua dokter di rumah sakit baik di Semarang, Solo dan Yogyakarta sudah bilang tidak bisa dioperasi lagi,” katanya pasrah.
Sementara itu, Partono ayah Yemima yang berprofesi sebagai karyawan toko bangunan pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga untuk membiayai pengobatan anaknya belum bisa maksimal.
Mengetahu kondisi Yemima yang seperti itu, jajaran Kepolisian Polres Blora dengan dipimpin langsung Kapolres AKBP Saptono SIK MH bersama istrinya Ny. Puteri Saptono melakukan kunjungan ke rumah adek Yemima, Jumat siang (8/12/2017).
Kedatangan mereka bersama rombongan guna untuk memberikan bantuan dan perhatian kepada Yemima melalui program Safari Jumat Berkah.
Menurut AKBP Saptono, kondisi bayi Yemima tidak hanya butuh perhatian dari Pemerintah Kabupaten Blora saja melainkan juga dari semua lapisan masyarakat, tak terkecuali polisi.
Menurut AKBP Saptono, kondisi bayi Yemima tidak hanya butuh perhatian dari Pemerintah Kabupaten Blora saja melainkan juga dari semua lapisan masyarakat, tak terkecuali polisi.
“Melalui program safari Jumat ini, Polres Blora merasa ikut terpanggil untuk berbagi serta memberi kekuatan moril maupun spiritual kepada orang tua Yemima. Program safari Jumat ini memang untuk warga kurang mampu, selain itu masyarakat yang sakit, korban bencana juga perlu perhatian”, ungkapnya.
Dana bantuannya menurut Kapolres, diambil dari potongan zakat profesi masing-masing anggota Polres Blora setiap bulannya.
“Anggarannya diambil 2,5 persen dari zakat profesi anggota Polres Blora, untuk disalurkan bagi warga yang benar-benar membutuhkan,” terangnya.
Selama menjenguk Yemima, Kapolres dan istri sempat berbincang-bincang tentang perkembangan Yemima sejak lahir. Mereka juga menyempatkan diri untuk menggendong Yemima.
Dana bantuannya menurut Kapolres, diambil dari potongan zakat profesi masing-masing anggota Polres Blora setiap bulannya.
“Anggarannya diambil 2,5 persen dari zakat profesi anggota Polres Blora, untuk disalurkan bagi warga yang benar-benar membutuhkan,” terangnya.
Selama menjenguk Yemima, Kapolres dan istri sempat berbincang-bincang tentang perkembangan Yemima sejak lahir. Mereka juga menyempatkan diri untuk menggendong Yemima.
“Terimaksih Bapak Kapolres dan Ibu telah mengunjungi kami, semoga kebaikan bapak dan ibu dibalas berlipat ganda oleh Tuhan,” ujar Rahayu Widasari sambil berkaca-kaca.
Untuk diketahui, selama diketahui menderita hydrocephalus, adek Yemima ini sudah tiga kali dibawa ke rumah sakit yang berada di luar kota. Pernah dibawa berobat ke Rumah Sakit Elizabeth di Semarang. Namun dokter disana tidak berani melakukan tindakan operasi karena usia bayi yang masih terlalu muda, apalagi resikonya sangat berat dimana kondisi kepala bayi masih lunak. Tulang tengkoraknya belum sempurna.
Setelah dari RS Elizabeth Semarang, Pemkab memfasilitasi pengobatan kembali ke RS Muwardi Solo. Namun setelah diperiksa secara medis, ternyata tidak bisa dilakukan operasi karena volume otaknya kecil sekali sehingga dokter ahli tidak ada tindakan.
Terakhir, bulan lalu dilakukan pengobatan ke RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dengan diantar Dinas Kesehatan Kabupaten Blora. Ternyata hasilnya juga tidak memuaskan. (res-infoblora)